Masa Muda Gus Dur, Ngaji Pada Tokoh² Muhammadiyah


Setiap bulan Desember, masyarakat Indonesia mengenang sosok KH Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, melalui peringatan haulnya. 

Pada tahun 2024, Haul Ke-15 Gus Dur akan diadakan pada 21 Desember dengan tema "Menajamkan Nurani Membela yang Lemah." 

Peringatan ini menjadi momen untuk merefleksikan nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan keberpihakan kepada kaum lemah yang selalu diperjuangkan oleh Gus Dur.

Salah satu periode penting dalam perjalanan hidup Gus Dur adalah saat ia menempuh pendidikan di Yogyakarta antara tahun 1954 hingga 1957. 

Pada masa itu, Gus Dur bersekolah di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Negeri di Gowongan. 

Selama di Yogyakarta, ia tinggal di rumah Haji Djunaedi, atau yang lebih dikenal sebagai Pak Joned, seorang tokoh Muhammadiyah di kawasan Kauman. 

Keputusan untuk tinggal di rumah Pak Joned memiliki dasar yang kuat, yaitu hubungan baik antara ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, dengan Pak Joned.

Di Kauman, Gus Dur tidak hanya mengejar pendidikan formal, tetapi juga memperdalam ilmu agama dengan berguru kepada beberapa ulama Muhammadiyah. 

Ia belajar kepada Kiai Maksum Abu Hasan, Mbah Hana, dan Pak Basyir. 

Pak Basyir, yang merupakan ayah KH Ahmad Azhar Basyir (mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah), menjadi salah satu guru yang memberikan pengaruh besar dalam pemahaman agama Gus Dur.

Pengalaman ini memberikan Gus Dur wawasan luas tentang Islam dan memperkuat pandangannya bahwa perbedaan antar golongan, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, adalah kekayaan yang harus dirawat. 

Gus Dur sering menyebut dirinya sebagai "orang Muhammadiyah yang ada di NU," sementara KH Ahmad Azhar Basyir dijuluki "orang NU yang ada di Muhammadiyah." 

Pernyataan ini mencerminkan harmonisasi hubungan antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Kisah Gus Dur selama tinggal di Kauman memperlihatkan interaksi erat antara NU dan Muhammadiyah yang sudah terjalin sejak lama. 

Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama lintas organisasi dapat memperkuat persatuan umat. 

Lebih jauh, pengalaman ini memengaruhi kepemimpinan Gus Dur, yang dikenal sebagai tokoh pluralis, toleran, dan inklusif.

Pada haul tahun ini, tema yang diusung "Menajamkan Nurani Membela yang Lemah" mengingatkan kita pada semangat Gus Dur yang selalu berpihak pada mereka yang terpinggirkan. 

Perjalanan hidupnya, termasuk masa-masa di Yogyakarta, menjadi inspirasi bagi bangsa untuk terus menjaga persaudaraan lintas golongan dan menjadikan perbedaan sebagai kekuatan.

Melalui peringatan haul ini, generasi muda diajak untuk meneladani semangat Gus Dur dalam menjembatani berbagai perbedaan. 

Pengalaman beliau selama di Kauman adalah bukti nyata bahwa keragaman adalah fondasi penting untuk membangun Indonesia yang damai dan bersatu. []

📝 RD

Post a Comment for "Masa Muda Gus Dur, Ngaji Pada Tokoh² Muhammadiyah"