Mengenal Struktur di Muhammadiyah, Menggunakan istilah Pimpinan, bukan Pengurus


Pimpinan, Bukan Pengurus

Dalam sistem organisasi yang telah berjalan selama lebih dari satu abad, Muhammadiyah menampilkan keunikan dalam tata kelola strukturnya. 

Organisasi Islam besar di Indonesia ini tidak menggunakan istilah "pengurus" sebagaimana organisasi lain, melainkan memilih "pimpinan" untuk menyebut jajaran pemegang amanah di setiap tingkatan. 

Keputusan ini mencerminkan filosofi yang mendalam tentang kepemimpinan, tanggung jawab moral, dan keteladanan.

Struktur Organisasi Muhammadiyah Dari Pusat hingga Ranting

Struktur organisasi Muhammadiyah dirancang secara vertikal, dimulai dari tingkat pusat hingga ke tingkat ranting, dengan tujuan memastikan pelaksanaan visi, misi, dan program kerja secara efektif di seluruh lapisan masyarakat.

1. Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM)

Sebagai puncak hierarki, PPM memimpin organisasi di tingkat nasional. Kebijakan strategis yang dihasilkan di sini menjadi panduan bagi seluruh struktur di bawahnya.


2. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM)

Berada di tingkat provinsi, PWM bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan dari PPM dan menyesuaikannya dengan kondisi wilayah.

3. Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)

PDM berada di tingkat kabupaten/kota, memimpin organisasi di daerahnya dengan melaksanakan arahan dari PWM.

4. Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM)

PCM memimpin Muhammadiyah di tingkat kecamatan, menjadi penghubung langsung antara anggota di tingkat akar rumput dan pimpinan di tingkat daerah.

5. Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM)

PRM, yang berada di tingkat desa atau kelurahan, adalah ujung tombak Muhammadiyah dalam menjalankan dakwah dan kegiatan sosial langsung di masyarakat.

Setiap tingkat pimpinan memiliki peran penting dalam memastikan pelaksanaan program kerja yang berorientasi pada dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Filosofi di Balik Istilah "Pimpinan"

Muhammadiyah secara khusus menggunakan istilah "pimpinan" alih-alih "pengurus" untuk menggambarkan tanggung jawab moral dan spiritual yang melekat pada posisi tersebut. 

Menurut Prof. Abdul Mu'ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, istilah "pimpinan" menunjukkan tugas yang lebih besar daripada sekadar menjalankan tugas administratif. 

"Pimpinan" mengandung makna kepemimpinan yang harus memberikan teladan dalam kehidupan beragama, berorganisasi, dan bermasyarakat.

Istilah "pengurus" dianggap lebih cocok untuk menyebut pelaksana teknis atau penyelenggara tugas tertentu, yang tanggung jawabnya selesai setelah tugas tersebut diselesaikan. 

Sementara itu, "pimpinan" menuntut seseorang untuk memiliki visi, memimpin dengan hikmah, dan menunjukkan nilai-nilai Islam dalam tindakannya.

Kepemimpinan Sebagai Teladan

Dalam setiap tingkatan struktur Muhammadiyah, seorang pimpinan diharapkan tidak hanya menjalankan tugas formal, tetapi juga menjadi figur yang dapat dijadikan contoh oleh anggota lainnya. 

Filosofi ini sejalan dengan semangat Muhammadiyah untuk mencetak pemimpin yang tidak hanya kompeten secara manajerial, tetapi juga berintegritas tinggi.

Melalui struktur berbasis pimpinan ini, Muhammadiyah terus berupaya menjaga keutuhan dan keberlanjutan misinya sebagai gerakan Islam yang membawa pencerahan, baik di Indonesia maupun dunia. 

Filosofi "pimpinan" ini menunjukkan komitmen Muhammadiyah untuk terus relevan, tidak hanya dalam konteks dakwah, tetapi juga dalam menjawab tantangan zaman.

📝 RD

Post a Comment for "Mengenal Struktur di Muhammadiyah, Menggunakan istilah Pimpinan, bukan Pengurus"