Tokoh Muhammadiyah Jadi Mendiknas di Era Presiden NU
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang dikenal dengan gaya kepemimpinan pluralis dan inklusif, pernah menunjukkan pendekatan uniknya dalam membangun pemerintahan.
Salah satu keputusan menarik adalah penunjukan Prof. Yahya A. Muhaimin, tokoh Muhammadiyah, sebagai Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) dalam Kabinet Persatuan Nasional.
Langkah ini tidak hanya mengejutkan banyak pihak, tetapi juga menjadi bukti komitmen Gus Dur untuk merangkul berbagai elemen bangsa.
Prof. Yahya Muhaimin, yang dikenal sebagai akademisi ulung dengan gelar doktor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), memiliki reputasi yang tak diragukan dalam dunia pendidikan.
Selain berkarier sebagai dosen dan Guru Besar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yahya juga pernah menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Washington DC.
Kompetensi inilah yang menjadi alasan utama Gus Dur memilihnya untuk memimpin Kementerian Pendidikan Nasional.
Namun, keputusan ini tidak semata-mata berdasarkan keahlian teknis. Gus Dur, yang dikenal dengan gaya kepemimpinan lintas golongan, melihat pentingnya merangkul Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, dalam proses pembangunan nasional.
Langkah Gus Dur memilih tokoh Muhammadiyah untuk jabatan strategis ini dianggap sebagai upaya menguatkan hubungan antara NU dan Muhammadiyah.
Dua organisasi besar ini sering dianggap memiliki pandangan yang berbeda, tetapi Gus Dur ingin menunjukkan bahwa keduanya dapat bekerja sama untuk kepentingan bangsa.
Dengan menempatkan tokoh Muhammadiyah di kabinetnya, Gus Dur menunjukkan bahwa NU dan Muhammadiyah tidak perlu terjebak dalam rivalitas, melainkan dapat saling melengkapi.
Penunjukan Prof. Yahya Muhaimin sebagai Mendiknas di era Gus Dur menjadi salah satu simbol inklusivitas kepemimpinan Presiden keempat RI tersebut.
Keberanian Gus Dur untuk menempatkan tokoh dari luar NU di kabinetnya membuktikan bahwa kepemimpinan berbasis persatuan dapat menjadi solusi bagi tantangan keberagaman di Indonesia.
Langkah ini diingat sebagai warisan penting dalam sejarah bangsa, ketika tokoh dari dua organisasi besar, NU dan Muhammadiyah, dapat bergandengan tangan membangun negeri.
Gus Dur menunjukkan bahwa persatuan tidak hanya bisa diwacanakan, tetapi harus diwujudkan melalui tindakan nyata. []
📝 RD
Post a Comment for "Tokoh Muhammadiyah Jadi Mendiknas di Era Presiden NU"
Post a Comment
Mau berkomentar? Jangan sungkan-sungkan, tulis di bawah ini