Haedar Nashir Sebagai Tokoh Literasi

Haedar Nashir, Menerangi Peradaban Lewat Buku dan Ideologi Islam Berkemajuan

Di tengah gemerlap perayaan Islamic Book Fair (IBF) 2025 yang berlangsung meriah di Jakarta Convention Center, sebuah momen penuh makna terjadi saat Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menerima penghargaan sebagai Tokoh Perbukuan Islam 2025. 

Gelar ini disematkan langsung oleh Ketua IKAPI DKI Jakarta, Hikmat Kurnia, sebagai pengakuan atas dedikasi panjang Haedar dalam dunia literasi Islam.

Jejak Panjang Literasi dan Pemikiran

Bukan sekadar penghargaan seremonial, gelar ini mencerminkan perjalanan intelektual Haedar yang telah menulis lebih dari 37 buku dan ratusan artikel di berbagai media seperti Suara Muhammadiyah dan Republika. 

Di balik sosok akademisi dan pemimpin organisasi keIslaman, Haedar adalah seorang penulis yang gigih mengusung tema-tema ideologis, politik, dan budaya yang berkaitan erat dengan perkembangan umat Islam di Indonesia.

Karya-karya awalnya seperti Arogansi Kekuasaan Dalam Budaya Politik (1997), Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern (1997), serta Pragmatisme Politik Kaum Elit (1999) menunjukkan ketajaman analisisnya terhadap politik dan budaya bangsa. 

Seiring waktu, fokusnya merambah pada penguatan ideologi gerakan Muhammadiyah, terlihat dalam buku Memahami Ideologi Muhammadiyah (2014), Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah: Agenda Strategis Abad Kedua (2015), dan Gerakan Islam Pencerahan (2015).

Buku Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan (2010) dan Muhammadiyah Abad Kedua (2011) mengilustrasikan visinya tentang peran Muhammadiyah sebagai kekuatan pembaruan dalam masyarakat. 

Sementara itu, karyanya yang lebih filosofis seperti Ibrah Kehidupan: Sosiologi Makna Untuk Pencerahan Diri (2013) menunjukkan refleksi pribadi yang mendalam tentang makna kehidupan dan spiritualitas Islam.

Gerakan Islam Berkemajuan, Magnum Opus Terbaru

Puncak kontribusi literasi Haedar terbaru dituangkan dalam buku Gerakan Islam Berkemajuan (2024), sebuah karya monumental setebal hampir 750 halaman. 

Buku ini bukan hanya kumpulan gagasan, tetapi diramu dengan kedalaman analisis akademis yang menyerupai struktur disertasi. 

Disusun dalam kurun waktu satu tahun, buku ini mengukuhkan Haedar sebagai pemikir sentral dalam pengembangan paradigma "Islam Berkemajuan."

Diluncurkan bersamaan dengan Tanwir Muhammadiyah di Kupang, akhir 2024, Gerakan Islam Berkemajuan segera menjadi referensi penting dalam diskursus Islam modern di Indonesia. 

Buku ini menegaskan peran Muhammadiyah bukan hanya sebagai gerakan dakwah, tetapi juga sebagai aktor strategis dalam pembangunan peradaban bangsa yang inklusif dan progresif.

Pengakuan atas Kiprah Intelektual

Penghargaan di IBF 2025 melengkapi deretan apresiasi yang diterima Haedar. Tahun 2024, ia meraih Lifetime Achievement Award dari Rumah Zakat atas dedikasi panjangnya dalam pemberdayaan umat. 

Pada tahun yang sama, Universitas Gadjah Mada menganugerahkan Hamengkubuwono IX Award sebagai pengakuan atas kontribusi Haedar dalam pendidikan, sosial, politik, dan kemanusiaan.

Tak hanya itu, pada awal 2025, nama Haedar tercatat dalam daftar 500 Most Influential Muslims 2025, menegaskan reputasinya di panggung global. 

Deretan penghargaan ini bukan hanya soal prestise pribadi, melainkan refleksi atas peran literasi sebagai fondasi transformasi umat dan bangsa.

Literasi sebagai Pilar Peradaban

Haedar Nashir memandang literasi bukan sekadar aktivitas membaca dan menulis, melainkan sebagai gerakan pencerahan yang membawa umat menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang agama, budaya, dan kemanusiaan. 

Dalam setiap bukunya, selalu tersemat benang merah berupa gagasan tentang Islam yang mendorong kemajuan, toleransi, dan pembebasan dari berbagai bentuk stagnasi pemikiran.

"Buku adalah jalan menuju peradaban yang tercerahkan," ungkap Haedar dalam pidatonya saat menerima penghargaan di IBF. 

Menurutnya, dunia Islam memerlukan lebih banyak ruang untuk dialog ideologis yang berbasis literasi, bukan hanya dogma.

Melanjutkan Tradisi Keilmuan Muhammadiyah

Tradisi keilmuan dan literasi dalam Muhammadiyah bukan hal baru. Sejak KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi ini, penekanan pada ilmu dan pendidikan selalu menjadi prioritas. 

Haedar, sebagai pemimpin kontemporer Muhammadiyah, meneruskan estafet ini dengan mengokohkan peran buku dan tulisan sebagai instrumen dakwah kultural.

Tak heran jika Islamic Book Fair 2025 memilihnya sebagai Tokoh Perbukuan Islam. Di tengah era digital yang serba cepat, kehadiran pemikir seperti Haedar Nashir mengingatkan kita bahwa buku tetap memiliki kekuatan untuk mengubah cara pandang umat dan mendorong lahirnya peradaban yang lebih beradab.

Menatap Masa Depan Literasi Islam

Dengan pengakuan yang terus mengalir dan karya-karya baru yang terus ditulis, kontribusi Haedar Nashir di dunia literasi Islam diprediksi akan semakin menguat dalam tahun-tahun ke depan. 

Visi "Islam Berkemajuan" yang diusungnya bukan hanya narasi kosong, tetapi sebuah ajakan intelektual yang disampaikan lewat kata-kata yang bermakna.

Sebagaimana tercermin dalam buku-bukunya, Haedar yakin bahwa umat Islam Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pionir peradaban dunia, asalkan ditopang oleh budaya baca dan tradisi berpikir yang sehat. Dengan semangat inilah, beliau terus menulis, berbicara, dan menginspirasi.

Di tengah tantangan zaman yang kompleks, sosok seperti Haedar Nashir membuktikan bahwa literasi tetap menjadi kunci utama bagi kemajuan umat, dan penghargaan Tokoh Perbukuan Islam 2025 hanyalah sebuah batu loncatan kecil dari perjalanan besar yang masih akan terus berlanjut. []

📝 RD

Post a Comment for "Haedar Nashir Sebagai Tokoh Literasi"