Sebuah Era Baru Dimulai, Muhammadiyah Siap Implementasikan Kalender Hijriah Global Tunggal, Upaya Akhiri Perbedaan Hari Raya
![]() |
Sebuah tonggak sejarah dalam penanggalan Islam di Indonesia dan dunia akan ditancapkan. Pimpinan Pusat Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, akan secara resmi memulai implementasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) pada Kamis, 26 Juni 2025, yang bertepatan dengan 1 Muharram 1447 H.
Keputusan monumental ini, yang merupakan hasil dari kajian puluhan tahun dan ijtihad kolektif para ulama serta ahli astronomi, diharapkan menjadi solusi akhir bagi polemik perbedaan penetapan hari-hari besar Islam seperti awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Langkah ini bukan sekadar perubahan teknis, melainkan sebuah ikhtiar peradaban yang didasarkan pada visi penyatuan umat Islam global (ummah wāhidah) melalui sebuah sistem waktu yang tunggal, presisi, dan berlaku universal.
Dengan prinsip “satu hari, satu tanggal di seluruh dunia,” Muhammadiyah berharap dapat mengakhiri kebingungan yang kerap terjadi di tengah masyarakat dan mendorong persatuan simbolik dalam pelaksanaan ibadah.
Keputusan bersejarah untuk mengadopsi KHGT ini ditetapkan dalam Musyawarah Nasional (Munas) XXXII Tarjih Muhammadiyah di Pekalongan pada Februari 2024.
Dalam Tanfidz (Pengesahan) Keputusan Munas tersebut, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menegaskan bahwa KHGT akan menjadi pedoman resmi organisasi dalam menyusun kalender, memberikan kepastian, dan menjadi landasan kuat bagi seluruh kegiatan persyarikatan.
Akar Sejarah dan Ijtihad Berkemajuan
Adopsi KHGT bukanlah langkah yang tiba-tiba. Ia adalah puncak dari sebuah perjalanan panjang ijtihad dan tajdid (pembaruan) yang menjadi ciri khas gerakan Muhammadiyah.
Sejak lama, Muhammadiyah telah memelopori penggunaan hisab (perhitungan astronomis) sebagai metode penentuan awal bulan kamariah. Perjalanan ini ditandai oleh beberapa fase evolusi kriteria:
Ijtimak Qablal Ghurub (Konjungsi sebelum Matahari Terbenam): Kriteria awal yang digunakan sebagai antitesis dari rukyat untuk membangun kesadaran akan pentingnya hisab.
Imkanur Rukyah (Kemungkinan Terlihatnya Hilal): Diadopsi sebagai jalan tengah antara hisab murni dan rukyat.
Wujudul Hilal (Eksistensi Hilal): Kriteria yang menyatakan bulan baru dimulai jika hilal sudah berada di atas ufuk saat matahari terbenam setelah ijtimak. Kriteria ini memberikan kepastian yang lebih tinggi.
Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT): Dianggap sebagai penyempurnaan dari Wujudul Hilal, dengan memperluas cakupan dari lingkup lokal-nasional (wilayatul-hukmi) menjadi lingkup global.
Evolusi ini sejalan dengan semangat keilmuan dalam peradaban Islam yang telah dirintis oleh para astronom Muslim terkemuka seperti al-Battani, al-Biruni, dan Nasir al-Din al-Tusi, yang pada masanya telah mengembangkan metode hisab dengan presisi tinggi.
Dengan demikian, KHGT dipandang sebagai kelanjutan dari spirit sains yang telah mengakar dalam tradisi intelektual Islam.
Landasan Syar'i, Dalil dari Al-Qur'an dan Hadis
Keputusan mengadopsi KHGT tidak hanya didasarkan pada pertimbangan saintifik, tetapi juga berakar kuat pada dalil-dalil syar'i yang ditafsirkan mendukung sebuah sistem kalender yang universal dan berbasis perhitungan.
Dalil dari Al-Qur'an:
Surah al-Isra' (17): 12, yang menegaskan fungsi benda langit untuk perhitungan waktu
وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا.
"Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas."
Surah al-Baqarah (2): 189, yang mengisyaratkan universalitas kalender
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ.
"Mereka bertanya kepadamu tentang Bulan sabit. Katakanlah: 'Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji'."
Muhammadiyah menafsirkan frasa li an-nās (bagi manusia) menunjukkan keberlakuan kalender secara universal bagi seluruh manusia di muka bumi.
Surah at-Taubah (9): 36, yang menyebut kalender yang lurus sebagai bagian dari agama
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتٰبِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ…
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan... Itulah (ketetapan) agama yang lurus (ad-dīn al-qayyim)..."
Mengikuti kalender yang akurat, dengan 12 bulan dan tanpa interkalasi, dipandang sebagai bagian dari pengamalan agama yang lurus.
Dalil dari Hadis:
Hadis riwayat Abu Hurairah (HR. at-Tirmidzi), yang menjadi dasar keserentakan ibadah
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ، وَالفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ، وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُونَ
"Puasa adalah hari kalian berpuasa, Idulfitri adalah hari kalian berbuka, Iduladha adalah hari kalian menyembelih hewan."
Hadis ini dipahami sebagai perintah agar seluruh umat Islam di dunia berpuasa dan berhari raya secara serentak pada hari yang sama. Kata ganti "kalian" (dalam bentuk jamak) ditafsirkan mencakup seluruh umat Islam di muka bumi.
Hadis riwayat Ibnu ‘Umar (HR. al-Bukhari), yang dipahami secara kontekstual
...إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ ، لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ...
"...Kita ini adalah umat yang ummi, yang tidak biasa menulis dan juga tidak menghitung..."
Menurut Muhammadiyah, hadis ini bersifat kontekstual pada masanya. Ketika umat Islam kini telah menguasai ilmu tulis dan hitung (hisab), maka penggunaan hisab yang lebih akurat menjadi sebuah keniscayaan dan tidak lagi terikat oleh kondisi ummi tersebut.
Argumen Saintifik, Logika Astronomi di Balik KHGT
Selain landasan syar'i yang kokoh, KHGT juga didukung oleh argumentasi saintifik yang kuat. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa fase-fase bulan adalah fenomena astronomis global yang tidak bergantung pada lokasi pengamat.
Momen kunci, yaitu ijtimak (konjungsi atau new moon), terjadi pada satu titik waktu yang sama untuk seluruh dunia, menandai "kelahiran" bulan baru secara astronomis.
Problem utama dari kalender lokal yang berbasis rukyat (pengamatan) adalah sifatnya yang lokal. Hilal mungkin sudah wujud secara astronomis, namun bisa jadi belum terlihat di suatu wilayah (misalnya Indonesia) karena masih berada di bawah ufuk saat matahari terbenam.
Namun, pada saat yang bersamaan, di belahan bumi lain yang lebih barat (misalnya benua Amerika), hilal yang sama sudah berada tinggi di atas ufuk dan mudah terlihat karena perbedaan waktu.
KHGT mengatasi paradoks ini dengan menyatakan bahwa jika hilal sudah wujud dan memenuhi kriteria di satu tempat di muka bumi, maka bulan baru dimulai untuk seluruh dunia.
Ini dianggap lebih adil dan konsisten secara ilmiah, karena tidak menahan suatu wilayah untuk memasuki bulan baru padahal hilal sudah terpampang jelas di ufuk wilayah lain.
Prinsip dan Parameter Teknis KHGT
Kalender Hijriah Global Tunggal dibangun di atas prinsip dan parameter yang jelas dan terukur.
Prinsip-Prinsip Utama:
Satu Hari Satu Tanggal: Seluruh dunia menggunakan tanggal Hijriah yang sama pada hari yang sama.
Kesatuan Matlak: Seluruh permukaan bumi dianggap sebagai satu zona kalender, sehingga tidak ada lagi konsep perbedaan matlak (ikhtilaf al-matāli').
Hisab sebagai Metode Utama: Hisab dipandang sebagai sarana yang lebih memberikan kepastian dan memungkinkan penyusunan kalender untuk jangka waktu yang panjang.
Penerimaan Garis Tanggal Internasional: Hari baru dimulai dengan mengacu pada Garis Tanggal Internasional (bujur 180°) yang telah diterima secara global, untuk menghindari dualisme hari.
Parameter Teknis:
Bulan baru dimulai apabila pada hari ke-29, telah terpenuhi kriteria berikut:
Di suatu tempat di muka bumi, sebelum pukul 24:00 GMT (atau 00:00 UTC), elongasi (jarak sudut bulan-matahari) telah mencapai minimal 8 derajat DAN ketinggian hilal saat matahari terbenam minimal 5 derajat.
Jika kriteria tersebut baru terpenuhi setelah pukul 24:00 GMT, bulan baru tetap dimulai dengan ketentuan ijtimak terjadi sebelum fajar di Selandia Baru dan parameter 5°+8° telah mencapai daratan Benua Amerika.
Langkah ke Depan dan Harapan Persatuan Global
Dengan implementasi yang tinggal menghitung hari, Muhammadiyah kini fokus pada sosialisasi dan edukasi, baik kepada warganya maupun kepada masyarakat luas dan dunia Islam.
Muhammadiyah menyadari bahwa dibutuhkan dialog dan diplomasi dengan berbagai pihak, termasuk ulama, negara, dan organisasi Islam di seluruh dunia agar gagasan ini dapat dipahami dan diterima secara lebih luas.
Harapan terbesarnya adalah KHGT tidak hanya menjadi kalender milik Muhammadiyah, tetapi dapat menjadi pintu masuk menuju kesepakatan global di dunia Islam.
Jika ini terwujud, umat Islam di seluruh dunia dapat melaksanakan ibadah puasa dan merayakan hari raya dalam keserentakan dan kebersamaan, mengakhiri pemandangan yang membingungkan dan terkadang memecah belah, serta menyongsong masa depan dengan sistem waktu yang menyatukan peradaban. []
Post a Comment for "Sebuah Era Baru Dimulai, Muhammadiyah Siap Implementasikan Kalender Hijriah Global Tunggal, Upaya Akhiri Perbedaan Hari Raya"
Post a Comment
Mau berkomentar? Jangan sungkan-sungkan, tulis di bawah ini