Ziarah Sejarah di Jantung Kauman, Menelusuri Jejak KH. Ahmad Dahlan di Langgar Kidul
Langgar Kidul, Tempat Kelahiran Gagasan Besar Muhammadiyah
YOGYAKARTA — Sebuah langgar kecil di Kampung Kauman, Kota Yogyakarta, menjadi magnet ziarah sejarah bagi para pegiat Islam dan warga Muhammadiyah dari berbagai penjuru.
Langgar yang dikenal dengan nama Langgar Kidul ini tercatat sebagai tempat awal KH. Ahmad Dahlan merintis gerakan pembaruan Islam yang kemudian melahirkan organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912.
Berlokasi tepat di selatan Masjid Gedhe Kauman, langgar ini menyimpan sejarah penting perjuangan intelektual dan spiritual sang pendiri Muhammadiyah.
Meski bangunannya kecil dan sederhana, Langgar Kidul menjadi saksi lahirnya gagasan besar tentang pendidikan, amal sosial, dan pembaruan keagamaan yang masih relevan hingga saat ini.
Akses Terbatas, Tapi Terjangkau
Untuk mencapai lokasi, pengunjung harus terlebih dahulu memasuki kompleks Masjid Gedhe Kauman melalui Jalan Kauman dari arah Alun-Alun Utara Yogyakarta.
Dari halaman masjid, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri gang sempit sejauh kurang lebih 70 meter ke arah selatan.
Gang tersebut hanya bisa dilalui pejalan kaki, dengan lebar sekitar satu meter. Kendaraan bermotor, termasuk sepeda, tidak bisa masuk.
Jalan setapak dari paving block itu dikelilingi rumah-rumah warga Kauman yang masih mempertahankan gaya arsitektur tradisional Jawa.
Pusat Dakwah dan Perlawanan Tradisi
Langgar Kidul dikenal sebagai tempat KH. Ahmad Dahlan pertama kali mengajarkan tafsir surat Al-Ma’un—ayat-ayat Al-Qur’an yang menekankan kepedulian terhadap kaum miskin dan yatim piatu. Tafsir inilah yang kelak menjadi dasar arah gerakan Muhammadiyah.
Tak hanya itu, di tempat inilah Ahmad Dahlan mengambil langkah berani dengan meluruskan arah kiblat. Arah salat yang sebelumnya mengikuti kebiasaan lama diubah berdasarkan perhitungan ilmu falak modern. Langkah ini memicu kontroversi, bahkan penolakan, namun menjadi tonggak awal gerakan pembaruan keagamaan.
Langgar ini tidak sekadar tempat ibadah, tapi simbol keberanian intelektual dan pembebasan dari taklid buta.
Masih Difungsikan dan Terbuka untuk Umum
Meski berusia lebih dari satu abad, Langgar Kidul masih aktif digunakan. Warga setempat menjaga kebersihan dan kesakralannya. Pengunjung dapat masuk ke dalam, melihat mihrab sederhana, mimbar kayu, dan interior yang masih asli.
Pihak pengelola Masjid Gedhe Kauman menyarankan agar kunjungan dilakukan dengan pemberitahuan lebih dulu jika dalam bentuk rombongan. Pakaian sopan, menjaga ketenangan, dan tidak mengganggu aktivitas warga menjadi etika dasar saat berziarah ke tempat ini.
Destinasi Wisata Religi Berbasis Nilai
Langgar Kidul kini menjadi bagian penting dalam paket wisata religi dan edukasi sejarah Muhammadiyah. Banyak pelajar, mahasiswa, hingga tokoh-tokoh nasional yang menjadikan tempat ini sebagai destinasi napak tilas spiritual.
"Ketika menginjakkan kaki ke dalam langgar ini, saya merasa sedang berdiri di atas akar sejarah peradaban umat," ungkap Rizal, peserta napak tilas dari Makassar.
Sebagai bagian dari kawasan bersejarah Kraton Yogyakarta, Langgar Kidul bukan hanya penting bagi warga Muhammadiyah, tapi juga bagi siapa saja yang ingin melihat langsung bagaimana gagasan besar bisa lahir dari ruang yang kecil dan sederhana. []
📝 RD