TERBARU


Muhammadiyah Jawa Bagian Timur Gelar Regional Meeting di Ponorogo: Data Adalah Nafas Organisasi


Delegasi dari Kabupaten dan Kota Blitar. Dok/Umar

PONOROGO – Suasana hangat namun penuh keseriusan terasa di aula SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (MUHIPO) pada akhir pekan ini. Ratusan kader dari berbagai daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY berkumpul dalam Regional Meeting Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Bukan sekadar forum seremonial, pertemuan ini dibingkai sebagai ruang untuk menyamakan langkah. 

Dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) hingga Pimpinan Ranting (PRM), semua hadir membawa misi yang sama: memperkuat struktur organisasi lewat rapat rutin dan kerja berbasis data.


Rapat Rutin, Belajar dari Kasus Kriminal

H. Jamaluddin Ahmad, salah satu pemateri, membuka dengan kisah yang cukup mengejutkan. Ia bercerita tentang pengalamannya saat menangani kelompok kriminal dan aliran sesat di kepolisian. Dari situ ia menemukan pola: mereka disiplin rapat setiap hari.

“Soliditas mereka justru terbangun karena rapat rutin,” ungkapnya. 

Dari contoh itu, Jamaluddin menegaskan, Muhammadiyah pun harus berkomitmen menghidupkan budaya rapat. Tidak harus harian, tapi paling tidak sepekan sekali di PWM, PDM, PCM, dan PRM.

Kalimatnya yang disambut tawa sekaligus tepuk tangan peserta adalah: “Ikhlas tidak ikhlas, rapat. Ikhlas tidak ikhlas, mangkat (berangkat).” Sebuah penekanan bahwa kehadiran rapat bukan pilihan, melainkan kewajiban kader.

Data sebagai Nafas Organisasi

Isu berikutnya adalah pentingnya kerja berbasis data. Organisasi sebesar Muhammadiyah, menurut Jamaluddin, tidak bisa lagi berjalan hanya dengan insting atau tradisi lisan.

Ia menyebut tiga aplikasi utama yang wajib dipakai: SICARA, SimasMuh, dan NotulenMu. Di situlah semua catatan organisasi harus masuk, mulai dari struktur cabang-ranting hingga hasil rapat.

Slogan baru pun lahir: “Ikhlas tidak ikhlas, input.” Sebuah dorongan agar kader tak menunda pekerjaan administratif. “Kalau rapat itu urat nadi, maka data adalah nafas organisasi,” ujar salah seorang peserta mengutip pesan yang berulang kali ditegaskan.

Sekretaris Eksekutif, Ahmad Syaifullah sedang mendapatkan briefing dari tim PP. dok/Umar

Harapan dari Blitar hingga DIY

Dari Kabupaten Blitar, hadir Umar Abidin (Sekretaris LPCRPM) dan Sunan Mahmud (Wakil Ketua PDM bidang cabang dan ranting). Mereka menyebut forum ini sebagai “wake up call” untuk menghidupkan kembali PRM yang selama ini pasif.

Di sisi lain, perwakilan dari DIY menambahkan bahwa kerja berbasis data akan membantu evaluasi program dakwah di tingkat lokal. Dengan begitu, keputusan organisasi bisa lebih tepat sasaran.

Lebih dari Sekadar Rapat

Regional meeting kali ini bukan sekadar pertemuan administratif. Ada nuansa reflektif yang terasa, ketika peserta menyadari bahwa konsistensi rapat dan disiplin input data bukan perkara teknis semata. Ia adalah cermin dari komitmen dan keseriusan menjaga persyarikatan tetap hidup di semua level.

Seorang peserta muda dari Jawa Tengah berkomentar singkat sambil tersenyum, “Kalau kelompok sesat saja bisa solid karena rapat, masa kita kalah?”

Pertanyaan yang seolah menutup hari itu, meninggalkan PRM hingga PWM dengan PR baru: sanggupkah komitmen “ikhlas tidak ikhlas” benar-benar dijalankan sampai ke akar ranting?

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment