TERBARU


Reset Ulang IMM Blitar

Oleh: Ahmad Fahrizal Aziz


Di antara ortom Muhammadiyah tingkat daerah, hanya PC IMM Blitar yang sampai hari ini belum melakukan regenerasi.

Ini menambah jejak panjang problematika yang pernah melanda IMM Blitar, terutama soal kepemimpinan di tingkat cabang. 

Seperti ada lingkaran setan yang berputar, dan setiap kali kita berharap ada perbaikan, kenyataannya justru kembali ke titik yang sama.

Kita tahu, terlambat mengadakan Musycab bukan hal yang buruk—selama di dalamnya ada aktivitas. 

Terlambat bisa berarti sedang mempersiapkan diri, sedang merancang, atau sedang membangun fondasi yang lebih matang. 

Tapi, bagaimana bila aktivitasnya mati? Bagaimana bila kepemimpinan tidak lekas memperbaiki, atau lebih tragis lagi: tidak mau berganti?

Di titik inilah kegelisahan tumbuh.

Sebagai Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI), tugas saya sebenarnya sangat terbatas. Tidak ada mandat yang memungkinkan saya mengintervensi langsung. 


Kalau pun ada yang bisa turun tangan, itu adalah DPD IMM Jawa Timur atau Fokal IMM Blitar. Tetapi itu pun dilematis. 


Sebab jika DPD atau Fokal harus turun, maka regenerasi bukanlah buah kesadaran PC IMM Blitar sendiri, melainkan paksaan dari luar.

Dan jika regenerasi datang sebagai paksaan, apa jadinya masa depan organisasi ini? Bayangkan IMM Blitar bergerak tanpa ruh keinginan dari dalam, hanya sekadar formalitas, hanya sekadar menggugurkan kewajiban.

Padahal, kepemimpinan di IMM itu singkat. Tidak sepanjang ortom lain. IMM itu terbatas status mahasiswa.

Keterlambatan sedikit saja bisa membuat generasi berikutnya kehilangan momentum.

Namun realitasnya di Blitar, ketua cabang justru terlihat abai. Tidak merespons, meski banyak pihak sudah menawarkan bantuan. 

Banyak kader sudah mencoba mengetuk pintu, tapi pintu itu dibiarkan terkunci. Seolah-olah lebih mudah kabur dari masalah ketimbang mengurus proses regenerasi yang rumit.

Di titik ini saya teringat kata-kata Djazman Alkindi, pendiri IMM, yang suatu kali menegaskan:

Jadikanlah IMM sebagai organisasi untuk belajar, untuk beramal, dan untuk mengabdi.

Kalimat itu sederhana, tetapi relevan untuk kondisi IMM Blitar hari ini. IMM bukanlah rumah untuk lari dari tanggung jawab. Ia adalah tempat belajar, tempat menaruh amal, dan tempat mengabdi. 

Belajar berarti membuka diri pada perubahan, termasuk belajar melepaskan. Beramal berarti menyalurkan energi untuk kepentingan organisasi, bukan untuk ego pribadi. 

Dan mengabdi berarti menempatkan IMM di atas kepentingan diri.

Dalam teori psikologi kepemimpinan, ada istilah leadership derailment—kegagalan seorang pemimpin karena terjebak pada rasa nyaman, abai pada perubahan, dan enggan melepas kendali. 

Kursi kepemimpinan dianggap identitas, bukan amanah. Inilah yang kadang menjebak organisasi mahasiswa.

IMM Blitar, dalam kasus ini, memperlihatkan gejala stagnasi. Tidak ada aktivitas berarti tidak ada ruang belajar. 


Tidak ada ruang belajar berarti kehilangan fungsi utamanya: membentuk kader. Dan ketika kaderisasi macet, IMM kehilangan jantungnya.

Dalam psikologi perkembangan, Erik Erikson menyebut fase dewasa muda sebagai masa intimacy versus isolation

Di fase ini, individu dihadapkan pada pilihan: membangun komitmen dengan lingkungan atau justru menarik diri dan terjebak pada isolasi. 

IMM sebagai organisasi mahasiswa mestinya menjadi sarana bagi kader untuk melatih komitmen itu—membangun jejaring, menanggung amanah, menghadapi konflik. 

Tetapi jika kepemimpinan malah kabur dari tanggung jawab, yang muncul justru isolation, keterasingan.

Kader-kader yang ingin berproses akhirnya tidak menemukan wadah. Mereka kehilangan kesempatan untuk tumbuh, dan lebih jauh, mereka bisa memilih menjauh dari IMM. Ini kerugian yang tidak kecil.

Kita bisa mengandaikan, seandainya IMM Blitar segera melakukan regenerasi, apa yang bisa diperoleh? 


Pertama, energi baru. Kader muda biasanya datang dengan semangat segar, ide liar, dan keberanian yang belum terkikis kompromi. 


Kedua, legitimasi organisasi. Regenerasi membuat IMM Blitar kembali diakui, baik di internal Muhammadiyah maupun oleh masyarakat luar. 


Dan ketiga, kontinuitas kaderisasi. Tidak ada yang lebih penting dalam organisasi mahasiswa selain memastikan tongkat estafet itu berpindah tangan dengan wajar.

Sebaliknya, bila terus ditunda, kita akan menyaksikan penurunan kualitas. IMM bisa kehilangan kepercayaan, lebih parah lagi, ia bisa ditinggalkan kadernya sendiri.

Di titik ini, saya melihat masalah IMM Blitar bukan sekadar teknis. Bukan hanya soal jadwal Musycab yang molor. Tapi soal kedewasaan kepemimpinan. 


Kedewasaan, dalam teori psikologi, ditandai dengan kemampuan menghadapi konflik, mengambil tanggung jawab, dan menerima kenyataan bahwa sesuatu harus berubah.

Kepemimpinan yang menolak regenerasi pada dasarnya menolak kedewasaan. Ia menolak kenyataan bahwa setiap pemimpin hanya penjaga sementara. 

Ia menolak memberi kesempatan bagi yang muda untuk belajar, sebagaimana dulu ia juga pernah diberi kesempatan.

Padahal, bukankah IMM berdiri di atas semangat pembaruan? Bukankah ia didirikan untuk melahirkan kader-kader yang progresif, kritis, dan berani mengambil peran?

Maka, jika IMM Blitar ingin keluar dari lingkaran stagnasi, ada dua hal yang harus diperkuat. 


Pertama, kesadaran internal bahwa regenerasi itu keharusan. Tidak ada alasan untuk menundanya kecuali ingin kehilangan relevansi. 


Kedua, keberanian pimpinan cabang untuk berkata cukup: bahwa masanya sudah selesai, dan kini saatnya menyerahkan tongkat.

Tidak ada pemimpin yang abadi. Bahkan seorang presiden pun dibatasi masa jabatannya. Maka, apa alasan seorang ketua cabang IMM mempertahankan kursi lebih lama dari seharusnya?

Selebihnya, biarkan organisasi bergerak dengan wajah baru. Biarkan anak-anak muda Blitar menemukan panggungnya, sebagaimana dulu pendiri IMM memberi panggung bagi generasi awal.

Karena pada akhirnya, seperti kata Djazman Alkindi, IMM adalah organisasi untuk belajar, untuk beramal, dan untuk mengabdi. Dan pengabdian sejati adalah ketika seorang pemimpin rela mundur agar yang lain bisa maju. []

Tabik,

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment