TERBARU


Kajian Tangguh PCM Kanigoro Blitar, Ustadz Zaenal Arifin: Serukan Tajdid dan Dakwah Berkemajuan

Ustadz H. Zaenal Arifin, M.Ag. dalam Kajian Tangguh PCM Kanigoro di Masjid MIA Jatinom Blitar, Selasa (7/10/2025). (Agus Fawaid).

Semangat pembaruan dalam berislam kembali digaungkan dalam Kajian Rutin Tangguh yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kanigoro, Kabupaten Blitar, Selasa malam (7/10/2025). 

Kajian yang digelar pada tanggal tujuh setiap bulan ini mengambil nama Tangguh, singkatan dari Tanggal Tujuh, dan menjadi agenda rutin yang diikuti oleh warga dan simpatisan Muhammadiyah se-Kecamatan Kanigoro.

Bertempat di Masjid MIA (Muhammad Ibrahim Al-Amru), Desa Jatinom, kegiatan dimulai selepas salat Isya’ berjamaah sekitar pukul 19.30 WIB dan dihadiri kurang lebih 50 orang peserta dari berbagai kalangan, mulai dari pengurus PCM, PRM, PCA, PRA, PCPM, dan PCNA, hingga warga Muhammadiyah, guru, karyawan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), serta anak-anak dan remaja.

Pada kesempatan kali ini, kajian diisi oleh Ustadz H. Zaenal Arifin, M.Ag., seorang ASN di Kementerian Agama sekaligus pengurus PDM Kabupaten Blitar. Ia membawakan tema sentral yang menjadi napas gerakan Muhammadiyah, yaitu Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid.

“Tajdid itu berarti berusaha menjadi baru, diupayakan agar tampak baru, pembaharuan, dan kembali ke ajaran yang murni dari Islam. Muhammadiyah hadir untuk menghidupkan kembali semangat itu,” ujar Ustadz Zaenal di hadapan para jamaah.

Sebelum masuk ke materi utama, Ustadz Zaenal sempat menyampaikan informasi terkait pembangunan Dapur MBG yang digagas oleh PDM Kabupaten Blitar di Desa Bence, Kecamatan Garum. Ia menekankan bahwa inisiatif tersebut merupakan bentuk nyata kepedulian sosial.

“Dapur MBG ini yang paling bagus dan standar untuk area Blitar. Semoga pelaksanaannya lancar dan tidak ada yang keracunan. Peristiwa yang terjadi sebelumnya tidak seheboh yang diberitakan,” jelasnya, menyikapi isu yang sempat muncul terkait dapur umum tersebut.

Menjelang Hari Santri Nasional, Ustadz Zaenal juga mengingatkan pentingnya keterampilan berbicara di depan umum. 

“Public speaking itu penting. Perlu latihan dan pembiasaan. Bisa juga digunakan sebagai sarana berdakwah yang efektif,” tambahnya.

Masuk ke pokok bahasan, Ustadz Zaenal menjelaskan bahwa tajdid yang diusung Muhammadiyah berlandaskan pada dua hal utama: pembaruan pemikiran dan penyesuaian terhadap perkembangan zaman.

“Pertama, kita harus membebaskan pola pikir dari belenggu kolonial yang membuat bodoh dan miskin. Umat Islam punya hak yang sama di hadapan hukum dan harus saling menolong, bukan saling menindas,” tegasnya.

Sebagai contoh konkret, Ustadz Zaenal mengangkat surat Al-Ma’un sebagai dasar kepedulian sosial dalam Islam:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

Artinya: "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin." (QS. Al-Ma’un: 1-3).

“Islam itu harus menghasilkan kepedulian. Ini wujud aktualisasi ayat-ayat Al-Qur’an dalam kehidupan nyata,” jelas Ustadz Zaenal, seraya menegaskan pentingnya kembali ke pemahaman Salafus Sholeh yang tidak tercampuri kepentingan duniawi.

Pembentukan Majelis Tarjih di tubuh Muhammadiyah juga disebut sebagai langkah strategis dalam menjaga kemurnian ajaran Islam. “Semua mazhab dipakai sebagai rujukan. Lalu ditarjih, dipilih mana yang paling kuat atau rajih. Maka hasil tarjih itu menjadi penting untuk dipedomani umat,” terangnya.

Tajdid juga berarti membuka ruang bagi kemajuan, termasuk pemanfaatan teknologi dan pemurnian ajaran dari unsur-unsur asing. Muhammadiyah, kata Ustadz Zaenal, adalah gerakan Islam yang berkemajuan, bukan hanya dalam pemikiran, tapi juga dalam aksi nyata.

“Madinah itu adalah negara modern pertama di dunia. Dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW dan memenuhi kriteria sebagai sebuah negara yang berdaulat. Dan itu pun diakui oleh non-Muslim,” katanya menjelaskan bahwa Islam sejak awal tidak anti terhadap konsep negara dan kemajuan peradaban.

Mengakhiri kajian, Ustadz Zaenal menekankan bahwa seluruh amal dan dakwah Muhammadiyah, termasuk pendidikan, adalah bagian dari multi level jariyah sebagaimana semangat yang diwariskan oleh KH. Ahmad Dahlan.

Kajian Tangguh ditutup dengan doa bersama dan harapan agar kegiatan semacam ini terus berlanjut dan menjadi pemantik semangat bagi warga Muhammadiyah di Kanigoro untuk terus bergerak, berdakwah, dan memperkuat ukhuwah.

📝 Agus Fawaid
Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment