Kader Posyandu: Ujung Tombak Kesehatan Masyarakat di Tingkat Desa, Perlu Lebih Didukung


Kader Posyandu memegang peranan penting dalam mengawal kesehatan masyarakat, terutama di tingkat desa. Dalam konteks ini, mereka menjadi ujung tombak yang tidak hanya bertugas untuk memberikan informasi kesehatan, tetapi juga melakukan pemantauan dan intervensi kesehatan.


Dengan adanya program Integrasi Layanan Kesehatan Primer (ILP) dari Kementerian Kesehatan, peran kader semakin vital, mengingat pentingnya integrasi sistem kesehatan primer hingga ke akar rumput.


Meskipun demikian, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kader kesehatan di desa seringkali menghadapi berbagai tantangan. Salah satu masalah utama adalah rendahnya insentif yang mereka terima.


Padahal, tanggung jawab yang diemban sangat berat, mulai dari kunjungan rumah yang harus dilakukan hingga 100%, hingga peningkatan kompetensi yang diperlukan untuk melakukan skrining penyakit. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa jauh dukungan yang mereka terima dalam melaksanakan tugas yang sangat penting bagi masyarakat.


Muhammadiyah, melalui Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU), telah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Organisasi ini tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga melakukan tindakan nyata melalui program-program inovatif.


Salah satunya adalah program Mentari-PHC, yang merupakan mitra Kemenkes dan didukung oleh USAID. Program ini memiliki tujuan untuk memperkuat kapasitas kader kesehatan dan meningkatkan akses layanan kesehatan di desa.


Di Kabupaten Blitar, program Mentari-PHC telah ditujukan untuk enam desa yang terletak di tiga kecamatan, yaitu Garum, Udanawu, dan Binangun. Rika Ayu, District Coordinator Kabupaten Blitar, menjelaskan bahwa pemilihan enam desa tersebut merupakan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar.


Desa-desa yang terpilih adalah Slorok, Karangrejo, Ngembul, Birowo, Ringinanom, dan Tumenggungan. Keputusan ini didasarkan pada kebutuhan kesehatan di masing-masing desa serta potensi kader yang ada.


Melalui Mentari-PHC, Muhammadiyah berperan sebagai fasilitator dalam meningkatkan kapasitas kader. Program ini tidak hanya fokus pada pelatihan, tetapi juga menyediakan alat dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung kader dalam melaksanakan tugas mereka. Dengan pelatihan yang diberikan, diharapkan kader dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam melakukan skrining penyakit, memberikan edukasi kesehatan yang lebih efektif, serta mampu mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat secara lebih dini.


Keberadaan kader Posyandu yang kompeten dan termotivasi sangat penting untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat yang lebih baik. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk organisasi seperti Muhammadiyah, diharapkan kader kesehatan di desa dapat merasa lebih dihargai dan memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam menjalankan tugas mereka.


Sebagai kesimpulan, kader Posyandu adalah pilar penting dalam sistem kesehatan masyarakat, terutama di tingkat desa. Untuk memaksimalkan peran mereka, diperlukan dukungan yang lebih baik dari pemerintah dan organisasi masyarakat.


Program seperti Mentari-PHC adalah langkah positif yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan di desa-desa, dan menjadikan kader sebagai agen perubahan yang lebih efektif. Kesehatan masyarakat yang lebih baik adalah tanggung jawab bersama, dan kader kesehatan adalah bagian integral dari solusi tersebut. []

Post a Comment for "Kader Posyandu: Ujung Tombak Kesehatan Masyarakat di Tingkat Desa, Perlu Lebih Didukung"