Meneladani KH. Ahmad Azhar Basyir


KH. Ahmad Azhar Basyir, MA, lahir pada 21 November 1928 di Kampung Kauman, Yogyakarta, sebuah kawasan yang dikenal sebagai pusat gerakan Muhammadiyah. 


Ia adalah putra pasangan Haji Muhammad Basyir dan Siti Djilalah. Lingkungan yang religius dan kehadiran tokoh-tokoh Muhammadiyah di sekitarnya menjadi landasan pembentukan karakter religius dan intelektualnya.


Sejak kecil, Azhar Basyir menunjukkan ketertarikan mendalam terhadap ilmu agama. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Rendah Muhammadiyah Suronatan, Yogyakarta, dan melanjutkan ke Madrasah Salafiyah di Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, selama satu tahun. 


Setelah itu, ia kembali ke Yogyakarta untuk menyelesaikan pendidikan di Madrasah al-Fallah, Kauman, yang terkenal dengan disiplin ilmu keislamannya.


Pada usia remaja, Azhar Basyir mulai aktif dalam organisasi Muhammadiyah. Ia bergabung dengan Majelis Tabligh sebagai juru tulis, mengetik dan mengantar surat. 


Pengalaman ini menjadi dasar bagi karier organisasinya yang kelak membawanya menjadi salah satu pemimpin Muhammadiyah.


Selain kegiatan organisasi, ia juga terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Azhar Basyir bergabung dengan kesatuan TNI Hizbullah, Batalion 36 Yogyakarta. 


Perannya sebagai pejuang muda menunjukkan dedikasinya tidak hanya kepada agama, tetapi juga kepada bangsa dan negara.


Setelah kemerdekaan, ia melanjutkan pendidikan menengah di Madrasah Menengah Tinggi Muhammadiyah Yogyakarta, yang ia selesaikan pada tahun 1952. 


Pendidikan dan pengalamannya selama masa remaja membentuk Azhar Basyir sebagai sosok pemuda yang tangguh, religius, dan visioner.


Azhar Basyir melanjutkan studinya ke Universitas Baghdad dan Universitas Kairo. Di sana, ia mendalami hukum Islam dan filsafat, menyelesaikan gelar master dengan tesis tentang sistem warisan dalam Islam. 


Pengalaman belajarnya di luar negeri memberinya wawasan global yang kelak ia terapkan dalam kepemimpinannya di Indonesia.


Sekembalinya ke tanah air, Azhar Basyir mengabdikan diri sebagai dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 


Ia mengajarkan filsafat Islam, hukum Islam, dan ekonomi Islam. Posisi ini memberinya pengaruh besar dalam membentuk generasi intelektual muda Indonesia.


Jabatan Publik dan Kepemimpinan Karier organisasi Azhar Basyir mencapai puncaknya ketika ia terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 1990, menggantikan KH. A.R. Fachruddin. 


Jabatan ini memberinya kesempatan untuk membawa Muhammadiyah ke era modern, dengan tetap menjaga prinsip-prinsip Islam yang murni. 


Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) periode 1993–1998.


Di tingkat internasional, Azhar Basyir menjadi anggota Lembaga Fikih Organisasi Konferensi Islam (OKI), sebuah posisi yang memberinya panggung untuk mewakili Indonesia dalam forum ulama dunia.


Gagasan dan Kiprah Besar KH. Ahmad Azhar Basyir dikenal karena gagasan-gagasan progresifnya. 


Ia menekankan pentingnya kembali kepada ajaran Islam yang murni, sesuai Al-Qur'an dan Sunnah. 


Ia juga mendorong umat Islam untuk memahami agama secara mendalam melalui pendidikan dan penelitian.


Beberapa gagasan besarnya meliputi:


1. Pemurnian Ajaran Islam: Menolak praktik bid’ah dan tradisi yang tidak sesuai dengan syariat Islam.


2. Pendidikan dan Kaderisasi: Mengembangkan sistem pendidikan Islam yang modern dan membentuk kader Muhammadiyah yang tangguh.


3. Ekonomi Islam: Memperjuangkan implementasi ekonomi syariah di Indonesia melalui pengawasan syariah di Bank Muamalat Indonesia.


Beliau juga menulis sejumlah karya penting, seperti "Refleksi atas Persoalan Keislaman" dan "Garis-Garis Besar Ekonomi Islam," yang menjadi rujukan dalam studi Islam.


Warisan Abadi KH. Ahmad Azhar Basyir wafat pada 28 Juni 1994, meninggalkan warisan besar berupa pemikiran, karya tulis, dan kiprah organisasi yang masih relevan hingga kini. 


Sebagai seorang ulama-intelektual, ia tidak hanya memimpin dengan ilmu, tetapi juga dengan keteladanan. 


Sosoknya menjadi inspirasi bagi umat Islam di Indonesia untuk terus belajar, berjuang, dan menjaga nilai-nilai keislaman yang murni. []


📝RD

Post a Comment for "Meneladani KH. Ahmad Azhar Basyir"